SUBURJAGAT.COM | Indramayu
Nina Agustina, untuk mewujudkan lingkungan bebas sampah terus dilakukan. Usaha itu rupanya menarik perhatian pemerintah pusat. Terobosan Nina pun mendapat atensi. Hal itu dibuktikan dengan adanya gelontoran anggaran untuk pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Blok Pecuk.
Anggaran sebesar kurang lebih Rp110 miliar telah disiapkan pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR. TPST rencananya akan mulai dibangun pada sekitar Maret 2024 nanti.
TPST dibangun menggunakan penerapan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) dengan kapasitas 300 ton per hari, sampah akan diolah melalui terapan teknologi dan menghasilkan RDF atau biasa disebut sebagai sumber energi terbaru, RDF bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar batubara.
Pemkab Indramayu telah menyiapkan lahan seluas 1,3 hektare yang akan digunakan untuk TPST, kutip pemberitaan dimedia.
Dalam hal ini 0’ushj Dialambaqa, Direktur Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah (PKSPD) berpendapat “Bagus-bagus saja program RDF yang akan menelan APBN sebesar 110 milyar dari kementrian terkait, dan pemda konon sudah menyediakan lahan 1,3 Ha.
Pertanyaannya adalah kok tidak nyambung dengan apa itu program waste to energy yang tengah menjadi fokus dunia karena persoalan efek rumah kaca atau emisi gas rumah kaca.
Sampah akan diolah menjd kepingan atau kristal seperti pelet pakan ternak kemudian sebagai bahan baku PLTU/,PLTS menggantikan batu bara. Nah tidak nyambung betul alias ngawur.
PLTU yang menggunakan batu bara ini lagi disoal dan diperbincangan forum dunia. Lho kok kita, APBN untuk program sampah menjadi penganti batu bara dengan teknologi RDF. Logika dan akal waras yang jungkir balik.
Sampah diolah menjadi kepingan padat untuk bahan bakar utama PLTU, ya apa bedanya dengan baru bara yang lagi dihebohkan negara-negara didunia, karena itu tetap menggasilkan Carbon dimana problem itu. C02 berdampak pada kerusakan lingkungan, yang sugnifikan pengaruhnya terhadap keamanan ozon.
Jadi jika mau ngatasi masalah, bukan dengan mendatangkan masalah baru. Jadi Waste to energi dan RDF tak lebih hanya sebagai proyek semata. Nah ini namanya negeri NGAWUR.
Solusi yang paling tepat adalah sampah diolah menjadi pupuk organik cair dan padat dari sampah organik tentunya, dan sampah non organik seperti plastik-plastikan bisa didaur ulang untuk industri kecil, pembuatan pot bunga, ember plastik dst atau bisa juga dibuat paping blok dan sejenisnya, jika mau menyelesaikan problem sampah, bukan kemudian dengan RDF menjadi pengganti batu bara untuk PLTU.
Yang jelas ya orientasinya hanya sekedar proyek abadi, dari karbon ke karbon, itu bukan solusi, itu namanya negeri Ngawur” tuturnya, Sabtu 30 September 2023.
Lanjut 0’ushj.dialambaqa mengatakan “Beberapa tahun lalu kaum disabilitas datang ke PKSPD persoalan sampah di TPS Pecuk. PKSPD buatkan proposalnya, kasih saran dan solusi pengolahan higgga teknisnya bahkan dampak penyerapan tenaga kerjanya.
Tapi apa boleh buat, Bupati konon dari laporan balik disabilitas, bahwa akan didatangkan investor dari Jerman dan tenaga ahlinya konon sudah datang dan merisetnya. Ya sudah kalau bitu. Proposal kaum Disabilitas ditolak Bupati.
Mengapa PKSPD mau bantu soal solusi sampah yg terus menerus menjadi problem lingkungan, karena saya punya empirik kecil bekerja disebuah perusahasm industri pupulk organik cair dan padat, meski saya sebagai Chief Accontant job utamanya, tapi saya merangkap jabatan Gugus Kendali Mutu, dan penelitian – penelitian lanjutan dan uji demplot dlm mutu produk. Jadi sedikit banyak tahu betul soal pupuk organik. Empirik kecil lainnya saya pernah bekerja di perusahaan industri tekstil dan garment di Batam dan Jakarta, perusahaan industri chemical dan kosmetik di Jakarta dengan posisi jabatan yang sama, bahkan sesekali diberi mandat untuk menguji akademik dan interviyu untuk rekruitmen karyawan dalam semua job yang dibuka perusahaan lowongan kerjanya secara terbuka melalui berbagai sarana media.
Lantas sekarang program waste to energy yang ngawur dengan RDFnya, ya itu fakta konkretnya. Ya proyek orientasinya” tutup 0’ushj.dialambaqa dalam sambungan WhatsApp. (Red)